Kelima anak itu berjalan beriringan. Masing masing membawa buku catatan dan pena trgantung di saku kemeja mereka yang putih-putih. Warnanya semakin berkilau ketika ditempa sinar mentari pagi yang mulai meninggi pada pagi itu. Tak ada rambut yang kering, semuanya terlihat basah berkilau dengan minyak rambut. Jalanan bigitu sepi, karena semua teman mereka masih sibuk di kelas masing masing. Tapi entahlah mungkin malah juga ada yang asyik bergumul dengan mimpi mereka di tengah ustadz menjelaskan panjang lebar tentang pelajaran. Sebut saja mereka dengan lima sekawan. Ada Rafif si kecil, Azriel si kepala bulat, Rizqan si cerewet tukang celoteh, Maxi si bandel dan Bintang, pemimpin dari lima sekawan tersebut.