Surat Untuk Kekasih Hati.

Assalamualaikum

Kalau kakak membaca tulisan ini berarti kakak sekarang lagi berkunjung ke blogku. Blog sederhana yang isinya juga sederhana juga. Yang kalau lagi semangat ana isi, ya paling sedikit cerita dan pengetahuan.
Sebelumnya terimakasih banyak kak sudah mengenalkan diri. Maaf aja kalau sebelumnya dulu ana kurang peduli dengan banyak salam kakak, ya nyatanya kehidupan di pondok itu seperti ini.
“Kegiatan pondok mejadikan kita semakin jauh dengan orang-orang yang kita
sayangi dan menaruh perhatian kepada kita, tapi rasa rindu dan kangen mengobati jauhnya itu.”

Banyak kisah yang ana tulis di blog ini, kalau kakak mau berkunjung dan membaca ana seneng banget, kalau bisa sekalian di komentari dan di share ke teman-teman yang lain. Dan sekarang aku ingin menulis kisah aku dengan kakak. Kisah yang keren dan berkesan sekali bagi ana (kalau bagi kakak unggak tahu).
Buat apa ana tulis? Ya siapa tahu ntar kalau ana sempet atau lagi semangat meulis lagi bisa jadi novelku yang kedua (yang pertama ada?rahasia lach)

Semuanya berawal dari salam. Iya salam kakak. Perhatian dan kepedulian kakak buat pondok yang habis habisan kakak perjuangkan dan angkatan yang kakak banggakan. Salam yang selalu kakak titipkan ke Uri. Salam yang sayangnya ana kurang peduli dulunya. Ah sungguh disayangkan, coba dulu ana langsung sat-set tanya-tanya, mungkin kisah kita ini bisa terjadi semenjak dahulu. Tapi apalah asa manusia yang hanya bisa menyesali di akhir.
Gamblangnya seperti ini, setiap Uri ngomong,”Ro, dapet salam dari ustadzah,”-”Siapa tadz?”-”Marhalatuka, Ummul”
Medengar kata Ummul pertama kali, tahu gak kak, apa gambaran pertama ana? Ha ha ha kayaknya gak boleh ditulis disini. Pokonya gambaran itu yang buat ana ya males aja buat nanggepin.
Berlalu waktu berjalan bersama banyaknya salam yang kakak kirimkan terus, akhirnya sampai juga waktu ketika burning kaset pentas seni di Gontor Putri.
Hari kedua ketika kakak datang ke Perdos minta flash disk ke Novan, baru saat itu ana harus mengubah gambaran ana sebelumnya tentang nama Ummul. Sebenarnya hati ini enggan untuk bertemu, karena masih terbayang pahitnya masa lalu dan tentunya malu lach karena belum pernah bertemu dengan ustadzah. Pokonya ana gak boleh neko-neko lagi. ana tahu kalau ana pasti bakalan neko-neko kalau udah SUKA sama sesuatu, bakalan memperjuangin habis-habisan hal itu. Tapi Allah memberi rencana lain yak. Saat pertama kakak menyapa langsung dech reflek ana tanya ke Novan bisik-bisik,
“Van,ustadzah yang itu funky van...”
“Noh, baru nyadar sekarang, selama ini disalamin terus antum la tubali”
“he he he, iya...itu namanya ustadzah ummul?”
Novan ngangguk.
Berlanjut di obrolan itu, adalah obrol kita tentang alumni 2007. ha ha ha. Lanjut setelahnya di DCC ketika kakak nanya, “Mana yang namanya ust Wiro?” eh, refleks ana kesenengan kakak cari he he he.
Berjalan waktu terus bersama sms-sms kakak. Akhirya sampai di momen kita main ke tempat itu. Eh belum, momen ketika ana ikut jemput kakak dan kakak dikerjain sama ust Agus buat beliin piscok. Ha ha ha. Itu kali pertama ana bisa liat kakak dari deket banget dan kakak gak nyadar. Waktu itu waktu ana nyari juga warung buat beli piscok eh ketemu kakak.
Tapi diantara itu yang paling berkesan adalah ketika main di danau. Cerita kakak, bayangan kakak, celoteh, suara, canda, senyum, gurauan, pesona,...wuh semuanya cuma bisa membuatku berkata dalam hati. ‘Ya Allah, apa memang ini hikmah dari segala hikmah yang engkau berikan dari cobaan hukuman ini, atau ini cobaan buatku apakah aku bisa bertahan dengan makhluk-Mu yang begitu sempura di mata hamba?’
Dan kakak mengajarkan kunci kecil dari segala permasalahan ana. Yaitu kejujuran. Masih inget kan ketika ana berkata mengecoh dan kakak berkata jujur. Kita tahu ini salah, bukan seharusnya ana dan kakak bisa main ke danau, jalan-jalan, atau apalah itu yang menyalahi batasan kita sebagai pejuang. Tapi ana unggak melihat sedikitpun kekhawatiran dari mata kakak. Sedikitpun tidak, entah ada atau tidak dihati kakak, tapi ana tidak merasakan kekhawatiran kakak sedikitpun. Kakak percaya dan meyakinkanku bahwa semuanya all is well, percaya sepenuhnya dengan kejujuran, ketika kakak ditanya kakak jujur.
Dan ana menyimpulkan sesuatu. Bahwa ketika kita betul menerapkan qulil haqqa walau kaana murran maka sejatinya kejujuran itu sendiri yang akan melindungi kita. Dan itu momen yang akan selalu ana ingat.
Dan setelah itu deretan celoteh kakak selalu menghiasi setiap siang dan malam. Seneng aja kalau kakak beceloteh.

Dan ana sudah berada di ujung. Entah itu akan jadi ujung kisah kita atau tidak, tapi aku akan tetep inget kakak. Oleh karena itu ana pingin ngasih sesuatu yang keren buat kakak, tapi apa? Ana berfikir keras. Mau ana buat film pendek udah gak ada santri, mau bikin video tentang kakak, apalagi, betul betul gak mungkin. Dan ketika ada amanat mampir ke Jawa, ana menemukan topi ini. Ana cari pita merah dan kemudian ana jahit di topi itu. Makanya jahitannya jelek, standart cowok siang malam lach.
Kalau kakak nanti sempat buat nonton One Piece topi inilah yang menjadi inti dari film itu. “Mugiwara” begitu disebutnya. Topi yang membawa para anggota bajak laut topi jerami meraih impian mereka dan menyatukan persahabatan mereka hidup dan mati. Topi itu, luffy (tokoh utama dari film one piece) dapatkan dari bajak laut idolanya (Shank) yang ketika itu berkunjung ke desanya. Ketika Shank akan pergi berlayar kembali, Shank berkata,

“Kalau kau besar nanti, jadilah anggota bajak lautku” ketika itu umur luffy baru 7 tahun. Tapi kemudian luffy berteriak keras sambil memberikan kepalan tangannya.
“Tidak, aku akan membuat bajak lautku sendiri dan akan menjadi orang yang lebih hebat darimu, suatu saat akan ku kembalikan topi ini kepadamu di lautan sana”
Dari situlah cerita seru petualangan dilautan dimulai.

Petualangan kita akan berjalan terus kak! Dilautan yang berbeda namun dengan bendera yang sama, bendera perjuangan untuk menjadi sebaik-baik orang yang bermanfaat. Ana akan menjadikan topi ini sebagai semangatku buat terus berjuang dimanapun. Karena disatu topi lagi kakak yang punya dan mempunyai semangat yang membara juga walaupun di lain hal juga males orangnya. Kalau kakak lagi malas, cobalah liat topi itu, inget ana kak, ana pengen banget kakak itu selalu seperti waktu di danau (dalam semangat dan penampilan). Entah apa maksud kakak, tapi ana betul-betul pingin kakak seperti itu selalu.

Ya sudahlah kalau ditulis senengnya ana bisa kenal kakak gak akan selesai selesai. Seperti kakak dulu bilang, kenapa yaa kita baru kenalnya sekarang, kenapa unggak dari dulu aja. He he he.
Kalau ada waktu bertemu lagi sebelum ana pulang, ana ingin sekali mengucapkan sesuatu. Tapi kalau tidak yaaa suatu saat pasti ketemu entah kapanlah nanti.

Ana tak pernah peduli umur, siapa, kenapa, bagaimana, mengapa, dimana, ana gak peduli. Asal ana SUKA ana akan memperjuangkan asal dia juga percaya ana juga akan ikiut percaya dan memperjuangkan. Kalaupun kita tak bisa ketemu lagi maka cukuplah salaman perjuangan baru (bukan perpisahan) ini mewakilinya.
Sekali lagi terima kasih karena memberikan warna baru di tahunku ini.

Aqila Dzaka

Comments

Popular posts from this blog

Wajah-Wajah Angkatan 2014, Smart Generation.

Apa Bahasa Inggrisnya "Crot"?

Kondangan mulu, kapan dikondangin?