Pengalaman Naik Pesawat #1
Assalamualaikum
Salah satu yang membuat hidup ini sangat menyenangkan adalah adanya hal-hal baru yang harus dilewati. Adanya zona nyaman pada seseorang terkadang menjerumuskannya kepada sebuah formalitas. Dari formalitas tersebut tentusaja, sadar atau tidak kita telah menjadikan hidup ni menjadi yaa sekedar hidup lach. Butuh perjuangan memang untuk melewati zona nyaman dan bangkit untuk menyadari. Tapi sebenarnya simpel saja sih, cuma jalanin aja. Ya jalanin aja nikmati. Kalau kata Avicii di lagunya The Night “Live a Life you can remember_hiduplah di kehidupan yang bisa kau ingat”
Aku kira perjalanan Aqila Dzaka akan berakhir disini. Tapi ternyata Allah menunjukkan jalan yang lain. Perjalanan Aqila masih berlanjut menuju season dua.
Hari Ana bersama 25 teman-teman guru pengabdian Gontor 14 berangkat menuju tempat pengabdian. Berarti ini adalah perjalanan terjauh yang bakalan ana lewatin. Dari Blitar ke Ponorogo trus naik bis ke Surabaya (Bandara Juanda) trus transit di Jakarta dan baru setelah itu menuju ke Riau. Oh ya sobat Aqila belum tahu ya tempatnya Gontor 14. Gontor 14 terletak di Siak-Riau. Pondok Modern Darussalam Gontor 14 didirikan pada tahun 2013. Jadi secara langsung aku dan 25 temen-temen guru pengabdan dari Prestigious Generation merupakan guru perintis. Ya entahlah ntar disana banyak ngajarnya atau banyak amalnya. Tapi tetap semua itu akan jadi perjuangan yang pastinya seru.
Oke, kami berangkat dari Pondok pukul 10.00 langsung menuju ke Surabaya. Malanya ana udah packing dan menyisihkan barang apa saja yang masuk koper dan barang apa saja yang dibawa di kantong dan barang apa saja yang dibawa di tas. Tipsnya nih kawan, berhubung ana orangnya juga gak suka ribet jadi gak bawa tas kecil. Semua barang ana masukin koper. Dan jadilah ana riber sendiri waktu di bis. Bingung nyari power bank, nyari kamera, headset dll. Bagi kalian traveller jadi jangan lupa buat bawa tas kecil buat nyimpen barang yang udah jadi gadget kamu.
Untungnya ana duduk disamping anak yang asalnya dari Jambi dan ana banyak tanya dari dia. Bagaimana sih rupa Pulau Sumatera?_ maklum ana juga gak pernah ke Sumatera. Akhirnya dia cerita buuuanya soal Sumatera. Dan hal yang membuat perbedaan mencolok dari Pulau Jawa adalah jarak tempuh. Dengerin dia cerita tentan jarak dari kota ke kota kayaknya dia menyebut jarak 6-12 jam perjalanan dengan enteng sekali. Seakan akan jarak segitu tidak ada bebannya. Eh, ternyata setelah ana tanya, jarak segitu memang sudah jadi santapan mereka jadi ya sudah biasa. Kalau di Jawa tentu saja jarak 12 jam perjalanan kira-kira Ponorogo-Jakarta lach_pake bus.
Dan kata dia orang Sumatera itu Ghoni-Ghoni alias kaya-kaya. Ana sih mangut-mangut aja setuju, toh selama ini juga kebanyakan temen-temen ana dari Sumatera kelihatan orang sugeh. Orang Batam, Jambi, Riau dll. Denger ceritanya membuat ana jadi penasaran banget nih soal Sumatera.
Setelah bolak-balik cerita-cerita dan ketiduran, akhirnya kita sampai di bandara pukul 17.45 WIB. Langsung kita bagi sesuai jadwal keberangkatan masing-masing lalu mengelompokkan barang. Oh ya, ini kali kedua ana ke Bandara. Pertama dulu waktu ana jemput Syeikh Belaid Hamid yang jadi Syeikh khot dalam rangka kunjungannya yang pertama kali ke Gontor. Ngomongin soal bandara dan penerbangan, ini kali pertama ana naik pesawat. Penasaran ana, gimana sih rasanya naik pesawat? Wkwkwkw. Yang pasti kalau mabok gak kebayang nih malunya. Temen-temen sih cerita kalau naik pesawat itu, yang agak bikin kurang enak ya waktu take off. Telinga itu rasanya kayak ditusuk. Kok bisa? Entahlah kata mereka, soalnya ana nulis cerita ini dibandara sambil nungguin pesawat yang dateng pukul 22.00_kayaknya bakalan membusuk nih di bandara nungguin pesawat. Salah satu dari mereka, namanya Ja'far juga cerita pengalamannya yang mabok di pesawat_dia cerita kayak gitu langsung bisa ditebak, dibully sama temen-temen yang lain. Menurut dia yang bikin babok itu adalah perut kosong. Kata dia dulu dia naik pesawat dan belum sarapan.
Buat sobat Aqila Dzaka yang udah tahu rasanya naik pesawat yuk komen. Kalau yang belum dan penasaran betul atau tidak nantikan kelanjutan perjalanan Aqila Dzaka season 2 selanjutnya....
Kesimpulan dan Tips :
-Selalu pastika kelengkapan barang yang dibawa. Kalau pelupa mending tulis barang-barang yang dibutuhkan. Soalnya aja juga ketinggalan buku tabungan yang parahnya lagi ana juga gak tahu nomor rekening ana.
-Mengelompokkan barang bawaan sesuai dengan kebutuhan. Kalau gadget ya harus dibawa selalu.
-Kalau mau perjalanan cepat ya habiskan perjalananmu dengan tidur atau cerita.
-Bagi kalian yang kurang suka internetan dengan kuota dan gak mau boring nungguin pesawat. Ana saranin pakai paket internet speedy hotspot telkom. Banyak kelebihannya. Selain murah meriah_bisa dengan potong pulsa, juga dijamin kenceng banget. Moga makin maju ajalach internet indonesia.
Salah satu yang membuat hidup ini sangat menyenangkan adalah adanya hal-hal baru yang harus dilewati. Adanya zona nyaman pada seseorang terkadang menjerumuskannya kepada sebuah formalitas. Dari formalitas tersebut tentusaja, sadar atau tidak kita telah menjadikan hidup ni menjadi yaa sekedar hidup lach. Butuh perjuangan memang untuk melewati zona nyaman dan bangkit untuk menyadari. Tapi sebenarnya simpel saja sih, cuma jalanin aja. Ya jalanin aja nikmati. Kalau kata Avicii di lagunya The Night “Live a Life you can remember_hiduplah di kehidupan yang bisa kau ingat”
Aku kira perjalanan Aqila Dzaka akan berakhir disini. Tapi ternyata Allah menunjukkan jalan yang lain. Perjalanan Aqila masih berlanjut menuju season dua.
Hari Ana bersama 25 teman-teman guru pengabdian Gontor 14 berangkat menuju tempat pengabdian. Berarti ini adalah perjalanan terjauh yang bakalan ana lewatin. Dari Blitar ke Ponorogo trus naik bis ke Surabaya (Bandara Juanda) trus transit di Jakarta dan baru setelah itu menuju ke Riau. Oh ya sobat Aqila belum tahu ya tempatnya Gontor 14. Gontor 14 terletak di Siak-Riau. Pondok Modern Darussalam Gontor 14 didirikan pada tahun 2013. Jadi secara langsung aku dan 25 temen-temen guru pengabdan dari Prestigious Generation merupakan guru perintis. Ya entahlah ntar disana banyak ngajarnya atau banyak amalnya. Tapi tetap semua itu akan jadi perjuangan yang pastinya seru.
Oke, kami berangkat dari Pondok pukul 10.00 langsung menuju ke Surabaya. Malanya ana udah packing dan menyisihkan barang apa saja yang masuk koper dan barang apa saja yang dibawa di kantong dan barang apa saja yang dibawa di tas. Tipsnya nih kawan, berhubung ana orangnya juga gak suka ribet jadi gak bawa tas kecil. Semua barang ana masukin koper. Dan jadilah ana riber sendiri waktu di bis. Bingung nyari power bank, nyari kamera, headset dll. Bagi kalian traveller jadi jangan lupa buat bawa tas kecil buat nyimpen barang yang udah jadi gadget kamu.
Untungnya ana duduk disamping anak yang asalnya dari Jambi dan ana banyak tanya dari dia. Bagaimana sih rupa Pulau Sumatera?_ maklum ana juga gak pernah ke Sumatera. Akhirnya dia cerita buuuanya soal Sumatera. Dan hal yang membuat perbedaan mencolok dari Pulau Jawa adalah jarak tempuh. Dengerin dia cerita tentan jarak dari kota ke kota kayaknya dia menyebut jarak 6-12 jam perjalanan dengan enteng sekali. Seakan akan jarak segitu tidak ada bebannya. Eh, ternyata setelah ana tanya, jarak segitu memang sudah jadi santapan mereka jadi ya sudah biasa. Kalau di Jawa tentu saja jarak 12 jam perjalanan kira-kira Ponorogo-Jakarta lach_pake bus.
Dan kata dia orang Sumatera itu Ghoni-Ghoni alias kaya-kaya. Ana sih mangut-mangut aja setuju, toh selama ini juga kebanyakan temen-temen ana dari Sumatera kelihatan orang sugeh. Orang Batam, Jambi, Riau dll. Denger ceritanya membuat ana jadi penasaran banget nih soal Sumatera.
Setelah bolak-balik cerita-cerita dan ketiduran, akhirnya kita sampai di bandara pukul 17.45 WIB. Langsung kita bagi sesuai jadwal keberangkatan masing-masing lalu mengelompokkan barang. Oh ya, ini kali kedua ana ke Bandara. Pertama dulu waktu ana jemput Syeikh Belaid Hamid yang jadi Syeikh khot dalam rangka kunjungannya yang pertama kali ke Gontor. Ngomongin soal bandara dan penerbangan, ini kali pertama ana naik pesawat. Penasaran ana, gimana sih rasanya naik pesawat? Wkwkwkw. Yang pasti kalau mabok gak kebayang nih malunya. Temen-temen sih cerita kalau naik pesawat itu, yang agak bikin kurang enak ya waktu take off. Telinga itu rasanya kayak ditusuk. Kok bisa? Entahlah kata mereka, soalnya ana nulis cerita ini dibandara sambil nungguin pesawat yang dateng pukul 22.00_kayaknya bakalan membusuk nih di bandara nungguin pesawat. Salah satu dari mereka, namanya Ja'far juga cerita pengalamannya yang mabok di pesawat_dia cerita kayak gitu langsung bisa ditebak, dibully sama temen-temen yang lain. Menurut dia yang bikin babok itu adalah perut kosong. Kata dia dulu dia naik pesawat dan belum sarapan.
Buat sobat Aqila Dzaka yang udah tahu rasanya naik pesawat yuk komen. Kalau yang belum dan penasaran betul atau tidak nantikan kelanjutan perjalanan Aqila Dzaka season 2 selanjutnya....
Kesimpulan dan Tips :
-Selalu pastika kelengkapan barang yang dibawa. Kalau pelupa mending tulis barang-barang yang dibutuhkan. Soalnya aja juga ketinggalan buku tabungan yang parahnya lagi ana juga gak tahu nomor rekening ana.
-Mengelompokkan barang bawaan sesuai dengan kebutuhan. Kalau gadget ya harus dibawa selalu.
-Kalau mau perjalanan cepat ya habiskan perjalananmu dengan tidur atau cerita.
-Bagi kalian yang kurang suka internetan dengan kuota dan gak mau boring nungguin pesawat. Ana saranin pakai paket internet speedy hotspot telkom. Banyak kelebihannya. Selain murah meriah_bisa dengan potong pulsa, juga dijamin kenceng banget. Moga makin maju ajalach internet indonesia.
Comments
Post a Comment