Eksistensi Bias Gender Dalam Perspektif Humor Pesantren, Islam, Dan Seksualita
Eksistensi Bias Gender
Dalam Perspektif Humor Pesantren, Islam, Dan Seksualitas
Judul :ISLAM DAN SEKSUALITAS: BIAS GENDER DALAM HUMOR PESANTREN
Vol/Halaman : 19/ 21-40
Tahun : 2009
Penulis : Sumadi
Periview : Khotimatun Hasanah (Mhs Ahwal Syakhsiyah IAID Ciamis)
Tanggal : 10 Januari 2018
Eksistensi Bias Gender Dalam Perspektif Humor Pesantren, Islam, Dan Seksualitas
Humor adalah bagian penting dalam
budaya interaksi pesantren. Tetapi humor-humor di pesantren sering
menyalahgunakan kepada nilai-nilai yang kesetaraan gender
Pendahuluan
Pondok pesantren adalah
gudang ilmu pendidikan yang sangan luas ruang lngkupnya dan mencakup luas karna
di pesantren memiliki banyak keilmuan di bandingkan pendidikan formal lainnya,
baik dalam ilmu keislaman budaya dan bidang lainnya.
Dalam proses hubungan
antar manusia salahsatunya komunikasi sangat lah penting dan banyak menitik
beratkan dalam kontek humor, di pesantren kebanyakan menyalahgunakan tentang
hal tersebut semisal dan hal kesetaraan gender banyak penyelewengan yang
menjadi jalinan hubungan ramai dan terjalin mudah, dalam konteks tersebut yang
menjadi bahan permasalahannya bentuk psikis dan fisik tubuh, yang berdampak
bias gender.
Islam Bias Gender di
Pesantren
Awalnya pondok
pesantren didalamnya untuk kependidikan laki laki dengan berkembangan zaman
bahwa perempuah sebagaik pihak yang cukup untuk mennerima ilmu dengan layaknya
laki laki untuk keshalehan dan akhlaq. Untuk itu dalam kepemimpinan pesantren
cenderung di berikan kepada laki laki dan perempuan yang menjadi pihak
termajinalkan sehingga hanya dalam bidal domestic saja, dan begitupun dalam
kebijakan suatu hasil.
Sehingga dunia adalah
hak laki laki yng menjadi pihak yang lebih tinggi atau yang lebih berhak
menguasainya, sedangkang wanita sebagai pelengap keberadaan dan sebagai yang
melengkapi, memperkuat keberadaan saja.
Begitun dalam sejarah
sejarah pesantren baik dalam ciptaan kitab dn lainya, bahwa dalam khazanah
tidak ada sejarah begitupun untuk perempuan yang menjadi cerminan
eksistensinya. Dalam masalah sosial, tubuh, dan suara perempuan tidak
mempuanyai kebebasan karna dalam islam disebut sebagai fitnah ataupun aurat
yang di lakukannya,
Dalam masyarakat
pesantren seringkali perempuan menjadi objek atau sebagai contoh yang menjadi
acuan dan mengandung ejekan baik dalam penyampaian kyai ataupun konteks
pembicaraan antar semua pihak masyarakat pesantren, itu menadi budaya di semua
kalangan karna humor menjadi salah satu cara yang paling mudah untuk
mempokuskan penyampian dengan baik sehingga eksistensi humor yang bukan
selayaknya di gunakan. Oleh karena itu humor humor di pesantren secara budaya
dapat menjadi alat yang mengontrol para perempuan agar di posisi yang
terpinggirkan dengan memiliki identitas.
Bias Gender dalam Humor
Pesantren
Kebanyakan pesantren di
wilayah priangan humor sebagai kontes lucu yang menarik untuk pendekatan,
konteks dakwah atau daya Tarik perhatian cara itu dilakukan oleh guru, kyai dan
para santri podok pesantren. Perempuan dipuja-puji karna tubuhnya yang menjadi
pandangan utama, tetapi dibalik itu dihinakan untuk derajat dan hak-haknya
Stereotip Terhadap
Perempuan
Cerita humor pondok
pesantren banyak menceritakan, mengambarkan yang yang menjatuhkan perembuan
untuk meninggikan lakilaki dalam semua hal, sebenarnya perempuan banyak
mempunyai kelebihan, sudut pandang yang bagus tetapi itu menjadi mitos karna
salh, sudut pandang baik dalam kecantikan dan bentuk tubuh. Stereotip perempuan
humor pesantren dengan menempatkan perempuan sebagai bencana sosial yaitu sosok
penggoda laki-laki.
Objektifikasi
Seksualitas Perempuan
Kata artis sebagai
bahan jual tubuh daya Tarik dan menjadi hal negif, jablay
menjadi hal yang menjadikan pandangan negative semua pihak dan ini
menjadi kebiasaan salah satu objek seksualitas dan menjadi kebutuhan seksual
perempuan. Kalua tidak terpenuhi akan menjadi perempuan haus seks dan
menjadi tidakk bermoral.
Dalam pandangan
analisis gender bahasa yang digunakan dalam sebuah kelompok, institusi,
organisasi dan masyarakat seperti pesantren berkecenderungan memiliki tradisi
yang panjang dalam melanggengkan stereotip terhadap perempuan. Ini menyebabkan
sulitnya perubahan untuk berpihak atau seimbang terhadap perempuan.
Domestifikasi Perempuan
Domestik perempuan
dalam humor pesantren ekksistensi perempuan pada tempat yang terhalangi
sehingga tidak punya hak yang sama . Jika humor pada pemimpin, ,kepada orang
yang konteksnya adalah laki-laki. Tetapi jika humor kepada pengabdian,
kesetiaan, dan pengorbanan pasangan yaitu lebih kepada perempuan.
Kesimpulan
Kebanyakan Pendidikan
pesantren memanfaatkan humor sebagai cara yang yang negative dalam segi
pemakaian dan penyampaian sehingga menjatuhkan kaum perempuan.
Dalam tema humor
pesantren tubuh dan seksualitas perempuan dianggap sebagai objek pusat dalam
mendefinisikan gender. Tubuh perempuan artikan sebagai identitas dan sifat
perempuan.
Dalam pengembangan
berikutnya harus lebih melihat keseimbangan, hak atau penempatan yang baik
karna pesantren adalah ranah yang ramah yang cakupan luas dan lebih dari Pendidikan
yang penuh akan ilmu.
Comments
Post a Comment