MUMU #3: Real MUMU, Faktor X dan Yasinan
Assalamualaikum
Aku baik-baik saja kok santai saja (Emang siapa yang tanya kabar kamu?)
Alhamdulillah di minggu special ini ana mau sedikit bercerita pengalaman inspiratif. Sebenarnya sepele saja sih namun karena terlalu banyak ana fikirkan dan akhirnya berbuah sebuah pemikiran makanya aku mau share. Seperti kata siapa ya aku lupa, pokoknya ada kata-kata seperti ini:
Aku baik-baik saja kok santai saja (Emang siapa yang tanya kabar kamu?)
Alhamdulillah di minggu special ini ana mau sedikit bercerita pengalaman inspiratif. Sebenarnya sepele saja sih namun karena terlalu banyak ana fikirkan dan akhirnya berbuah sebuah pemikiran makanya aku mau share. Seperti kata siapa ya aku lupa, pokoknya ada kata-kata seperti ini:
"Aku berfikir maka aku ada"
Hayooo kira-kira siapa? yang bisa ana gak kasih hadiah dech. he he he.
Kenapa harus berfikir? ya iyalah, karena yang membedakan kita dengan hewan adalah kemampuan berfikir kita. Lantas kalau kita tak berfikir ya sama aja dengan hewan donk, he he he.
Okew lanjut ke cerita.
Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu Kang Latif (salah satu temen ana di Pondok Kotagede) ngajak ana buat ikut yasinan. Oke ana ulangi buat ikut yasinan. Yasinan? pagi-pagi? jam 10? hari Ahad lagi? konotasi negatif bermunculan soal yasinan. Langsung dech ana cepet-cept ganti baju, sat-set langsung berubah menjadi Al-Ustadz Wiro, weeeh, kaifa lach.
Dan ternyata ketika sampai disana, ternyata semua kejadian ini menjadikanku paham bahwa manusia cuma bisa menduga. Dan lebih salah lagi kalau menduga dan gak tanya dan lebih-lebih salah lagi kalau menduga gak tahu apa-apa dan sembrono mengambil tindakan, uuh, ya sudahlach kalau itu terjadi serasa The World is End.
Nah, untungnya ana masih ditahap prasangka dan tak bertanya jadi tak terlalu parah.
Nah waktu sampai di tempat yang mengundang kami untuk yasinan. Dari mata ana ini sudah ada pemandangan aneh, kenapa semua orang tersenyum senang, malah didalam rame lagi, pada ketawa-keta, trus mana keranda mayatnya?(et dah) Setelah si pemilik rumah turun dengan baju batik mentereng. Satu yang ana perhatiin. 'Mata' iya, matanya yang berkaca-kaca. Itu menguatkan lagi prasangka ku. Tapi masih kalah dengan ibu-ibu yang dari tadi mondar-mandir lewar membawa lauk buat prasmanan. Sebenarnya apa yang terjadi? apa aku bermimpi?
Nah baru ketika bapak itu menjelaskan secara gambang, ternyata kami diundang dan diminta bantuan untuk mendoakan rumah barunya ini. Trus kenapa harus yasinan? emang yasinan cuma buat orang mati? ya unggak kan? banyak kok fadillahnya surat yasin, kalian bisa browsing sendiri atau nanya ke guru kalian juga boleh asal jangan nanya ke ana, aku mah apa atuh ha ha ha. becanda, nanya ana juga boleh kalau ana jawab.
Mendengar permintaan beliau kita semua ngangguk dan lekas memulai bacaan tahlil dan doa. Ditambah Yasin dan ayat kursi. Sembari membaca ana memikirkan banyak hal. Pertanyaan-pertanyaan remeh tapi membingungkan diri sendiri mulai bermunculan,
Kenapa harus didoakan?
Apa dia gak yakin dengan keamanan rumahnya?
Padahal rumahya ada pagar lho?
Kenapa gak didoakan sendiri saja?
Kenapa juga ada meja prasmanan? (mulai gak khusu')
Kenapa diruangan samping terdengar suara mangkok dibersihkan?(tambah gak khusu')
Kenapa dirumah ini ada bau bakso? (hedeh tambah gak khusu')
dan kenapa ana jadi gak khusu' (plis dech)
Oke hiraukan masalah makannya. Fokus ke pertanyaan soal doa. Intinya seperti ini kawan. Manusia mempunyai rasa cinta. Semakin dia dewasa, semakin ia akan banyak mencintai. Kita kembali ke pelajaran fisika;
"Kekuatan cinta sebanding dengan kekuatan semangat, namun semangat berbanding terbalik dengan kekuatan jasmani."
Semakin orang mencintai sesuatu ia akan semakin bersemangat, rela melakukan apapun, matipun mau, aseeek. Namun semangat berbanding terbalik dengan kekuatan jasmani. Semakin tua umur semakin banyak hal kita tahu dan semakin ingin kita bisa lakukan. Jarang sekali kita bisa menerima kenyataan dan selalu bersemangat untuk memperbaiki apa yang telah kita lakukan. Padahal umur menolak semua itu. Sudah rumus mutlak semakin umur kita bertambah semakin kita lemah.
Nah darisana ana paham kenapa rumah ini harus didoakan. Kenapa bapak ini meminta kami untuk ikut mendoakan. Dan kenapa pagar saja tak cukup emnjaga rumah ini. Bukan rumah ini saja, semua tempat yang baru semuanya didoakan. Tak peduli muslim maupun non muslim juga berdoa. Karena kita tahu bahwa semuanya dipengaruhi faktor X.
Kalau nyolong rumah itu kita ibaratkan usaha maka ketika kita sudah masuk pagar dan siap menggasak semua barang yang didalam, kok tahu-tahu kita kesandung trus nabrak ujung meja lantas kepala bocor trus mati, itu faktor X-nya. Dan semua itu karena ada keyakinan dan doa. Ya gak? come on man, hati orang komunis dan atheispun juga nyadar kalau ada kekuatan ini, tapi mereka diperkuat oleh ego dan mempertahankan eksistensi kekomunisan dan atheisan mereka. ya gak? mereka menganggap ini adalah kekuatan alam, lach emang alam bisa ngapain? hellooo alam adalah panorama guys, kita artisnya, dan pasti ada sutradaranya, siapa lagi sutradaranya kalau bukan...ah ya sudah lach jadi kebawa emosi kan, kalian sih...baca artikel ini belum bismillah. Astagfirullah.
Mumpung belum terlambat bismillahirrahmairrahim.
Seperti itu,<-logat kekinian artis terkini, ada yag tahu siapa?
Nah dari sini ana belajar bahwa ujung dari perjuangan adalah kesuksesan nah di leher bukan dink di hidung malahan eh di jidat malahan, ya pokoknya di hampir ujung dari perjuangan itu ada faktor x. Makanya hati-hati dengan faktor x ini. Bukan menakut-nakuti malah justru harus semangat donk. Mana ada kesempurnaan dalam perjuangan. Tak ada kesempurnaan dalam perjuangan, semua orang akan selalu kurang, tapi faktor x itu yang menjadikan perjuangan yang kurang berbuah menjadi kesusesan yang memuaskan ya walaupun kesuksesan itu tergantung sebagaimana kita bersyukur, cuman ya dalam penilaian orang yang kebanyakan sukses itu seperti itu kalian tahu sendiri lach. Pokoknya faktor x itu membuat kejutan lach.
Begitu juga dengan akhir kisah simple ini, sebenarnya acara juga gak lama-lama amat, cuma 2 jam. Karena terlalu dimusabahai kali ya? jadi rasanya lama dan berkesan. Tapi emang berkesan sih.
Selesai tahlil, baca doa, dan ini itu mulai dech yang buat gak khusu' tadi bermunculan. Ada yang berbau enak, trus segar, trus asam pedas, wuiiih ya seperti itulach. Siapa yang sangka dari kata Yasinan semuanya bisa berujung seperti ini? ya happy, berpahala dan kenyang ending lach. Ya walaupun pulang dari acara ada yang tolet-tolet gak mau makan...ha ha ha, soal dia nanti aku akan ceritakan. Soal dia yang membuat acara 2 jam ini berbuntut panjang. Soal dia yang pamornya kini mengalahkan MUMU. Soal dia yang disebut Real....ya itulah tunggu kisah kisah senjutnya.
Comments
Post a Comment